PUPUK ORGANIK UNTUK SUBSTITUSI PUPUK KIMIA
Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan dan harga pupuk yang semakin meningkat, industri perkebunan perlu mencari sumber-sumber pupuk alternatif untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk alternatif yang sangat potensial adalah pupuk organik yang dapat dibuat dari limbah industri perkebunan, pertanian, atau peternakan. Pupuk dan pemupukan memakan porsi kurang lebih 60% dari total biaya dalam budidaya perkebunan/pertanian (Goenadi et al., 1995).
Sesuai dengan kesepakatan WTO dalam kerangka GATT yang telah diratifikasi oleh Indonesia, Indonesia berkewajiban untuk mengurangi subsidi pupuk secara bertahap. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya harga pupuk kimia di pasaran domestik, yang pada akhirnya akan membengkaknya biaya pemupukan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif substitusinya.
Peningkatan efisiensi perpupukan, pupuk kimia maupun pupuk organik, dapat juga ditingkatkan dengan memamfaatkan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman, atau lebih dikenal dengan istilah biofertilizer/pupuk hayati. Mikroba yang dapat digunakan sebagai biofertilizer antara lain adalah mikroba penambat N, mikroba pelarut P, dan perangsang pertumbuhan tanaman.
Pemanfaatan pupuk organik dan biofertilizer dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan efisiensi pemupukan. Dalam skala yang lebih luas, penggunaan pupuk organik dapat mengurangi beban biaya pemupukan. Selengkapnya
Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi