PERANAN MIKROORGANSME SERBAGUNA DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Dunia pertanian saat ini dibebani oleh suatu tuntutan mendesak yaitu memenuhi kebutuhan pangan penduduk seluruh dunia. Sebagai usaha untuk mengatasi hal tersebut telah menjadi tuntutan bahwa usaha pertanian harus dapat memproduksi dalam jumlah yang cukup atau dapat melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga dengan demikian dapat berperan sebagai penghasil devisa.
Untuk mencapai produksi tinggi berbagai asupan sarana produksi seperti pupuk, hormon untuk pertumbuhan atau pestisida banyak digunakan dalam usaha pertaniaan. Namun selain mahal, penggunaan sarana produksi tersebut seringkali dapat menimbulkan dampak negative. Untuk hal tersebut maka perlu dicari alternatif teknologi yang murah, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Daerah sekitar perakaran (Rhizosphere) mempunyai kandungan nutrisi yang kaya karena kira-kira 40% hasil photosintesis hilang melalui akar. Hal tersebut menyebabkan banyaknya populasi mikroba sekitar rhizosphere. Sejumlah bakteri pada sekitar perakaran (Rhizobacteria) telah dilaporkan dalam berbagai hasil penelitian dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman, menghasilkan hormon (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria, PGPR).
PGPR pertama kali dilaporkan oleh Joseph W. Kloepper dan Milton N. Scoth yang selain rhizobacteria juga termasuk bakteri tanah yang mengkolonisasi perakaran dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada saat ini pengertian PGPR tidak hanya pada kelompok Bakteri tetapi juga pada kelompok Jamur sehinngga semakin meluas pengertian mengenai mikroorganisme pemacu pertum,buhan ; termasuk mikroba yang digunakan dalam pengendaliaan hayati (biocontrol), penyedia nutrisi (biofertilization) dan produksi hormon (Biostimulation).
Beberapa mikoorganisme telah dilaporkan mempunyai fungsi seperti telah digunakan dalam paket Teknologi BioFOB. seperti Bacilluis pantotkenticus, Trichoderma lactae dan Fusarium oxysporum non patogenik