DAYA HAMBAT SENYAWA KIMIA ASAL BIOTA LAUT TERHADAP Fusarium oxysporum f.sp. vanilla PENYEBAB BUSUK BATANG VANILI
Pemanfaatan biota laut untuk bahan fungisida organik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Fungisida organik ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap fungisida sintetik yang banyak digunakan dalam budidaya vanili. Penggunaan fungisida sintetik umumnya merugikan lignkungan sehingga tidak mendukung pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan penyakit busuk batang vanili secara efektif dan aman dengan menggunakan biota laut.
Sampel penelitian dikoleksi dari daerah pasang surut dan pada kedalaman 1 sampai 7 meter saat air laut surut di tujuh pantai di Bali. Identifikasi biota laut dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri sampel dengan gambar pada buku identifikasi dan sebagian dilakukan oleh staf Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
Daya hambat ekstrak in vitro terhadap Fusarium oxysporum f.sp. vanillae ditentukan dengan metode difusi sumur pada media AKD dan NB. Pengaruh ekstrak in vivo dilakukan pada tanah endemik penyakit dan tanah steril yang diinokulasi patogen di rumah kaca menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor dengan 3 ulangan.
Skrining senyawa aktif menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom yang dipandu uji hayati. Struktur senyawa kimia aktif ditentukan dengan kromatografi gas-spektroskopi massa dan spektrofotometri infra merah.
Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak metanol biota laut Aglaophenia sp. mampu secara efektif menekan patogen F. oxysporum f.sp. vanillae dan perkembangan penyakit busuk batang vanili dengan nilai konsentrasi hambat minimum (MIC) 0.05 persen.
Ekstrak ini mampu menekan pertumbuhan koloni jamur, jumlah konidia, jumlah koloni tumbuh, berat kering miselia, protein miselia, aktivitas enzim, jumlah inokulum patogen dalam tanah, dan persentase busuk batang vanili, namun dapat meningkatkan produksi asam fusarat patogen. Busuk batang vanili pada tanah endemik dapat ditekan 100 persen dengan aplikasi ekstrak konsentrasi 0.30 persen. Senyawa kimia antijamur dalam ekstrak tersebut diduga mono(2-etilheksil) ftalat (Dr.Ir I KETUT SUADA ).