APA ITU VANILI ORGANIK?

Produk organik mulai dicari oleh para konsumen seiring adanya kesadaran akan bahaya residu pupuk ataupun obat kimia pertanian bagi kesehatan manusia yang terdapat pada produk konsumsi sehari-hari (Kesehatan). Disamping itu, akibat yang dihasilkan dari penggunaan pupuk ataupun obat kimia secara terus menerus di mana ternyata dapat merusak struktur tanah juga menjadi penyebab mulai beralihnya budidaya pertanian ke arah menghasilkan produk organik (Kelestarian Alam & Lingkungan).

Memang tidaklah mudah untuk beralih ke arah budidaya pertanian secara organik, hal ini khususnya berlaku di suatu lahan pertanian yang awalnya sangat bergantung pada pupuk ataupun obat-obatan kimia. Dampak awal yang akan terasa adalah menurunnya hasil produksi pertanian akibat recovery kerusakan struktur tanah yang telah terjadi sebelumnya. Namun seiring berjalannya waktu maka hasil produksi pertanian akan meningkat kembali. Kebetulan penulis pernah berkesempatan mengikuti Presentasi Padi SRI tentang menanam Padi secara Seksama dan Mengolah Tanah sebagai Bio Reaktor pada tahun lalu, sangat menarik, tanah adalah Bio Reaktor yang sebenarnya kaya akan bahan organik, mikroorganisme dan plankton: Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia secara terus menerus maka akan menjadikan tanah menjadi tidak subur akibat matinya mikroorganisme tersebut!

Kendala Budidaya Vanili Organik
Sebuah jurnal menarik diperoleh penulis dari Export Promotion of Organic Product From Africa, jurnal tersebut adalah berjudul The Natural Vanilla Markets with special attention for the Organic segment. Budidaya tanaman Vanili secara organik belum dikembangkan secara optimal pada saat ini, padahal dalam kenyataannya jenis tanaman berjuluk si Emas Hijau ini tidaklah teramat sulit untuk dibudidayakan secara organik (Tanpa Pupuk & Obat-Obatan Kimia). Di Indonesia pun adalah belum banyak petani yang mengembangkan tanaman Vanili secara organik. Mereka umumnya masih menggunakan pestisida kimia ketika tanaman mereka terkena serangan ulat ataupun serangga, di mana sebenarnya penggunaan ramuan tanaman sebagai pestisida organik adalah dapat digunakan untuk mengatasi hal ini bilamana petani mau untuk memulainya.

Kerawanan dalam pengembangan budidaya tanaman ini sebenarnya adalah hanya pada penyakit busuk batang yang rentan menyerang tanaman pada usia kurang dari 1,5 tahun. Namun kerawanan ini pun sebenarnya sudah dapat di atasi dengan penanaman bibit yang bersumber dari tanaman bebas penyakit busuk batang dan melakukan budidaya tanaman Vanili secara baik dan benar agar terhindar dari penyakit tersebut. Disamping itu, Teknologi Organik guna mengatasi serangan penyakit busuk batang juga telah ada saat ini antara lain Karya Terbaik Putra Bangsa Indonesia yaitu Bio FOB & Bio TRIBA dari Dr. Ir. Mesak Tombe.

Tidaklah mudah dalam memperoleh Bibit Tanaman Vanili yang terbebas dari Penyakit Busuk Batang. Namun sudah semakin mudah cara dalam menangani Kerawanan Penyakit Busuk Batang dengan melakukan Budidaya Tanaman Vanili secara baik dan benar. Insya Allah di mana jenis tanaman Vanili Planifolia yang ada di perkebunan Kami saat ini adalah bersumber dari tanaman yang bebas dari penyakit busuk batang dan dapat dinyatakan tahan terhadap penyakit yang banyak ditakutkan oleh para petani Vanili tersebut. Disamping untuk kepentingan pembuahan (produksi), tanaman Vanili yang ada di tempat Kami juga diperuntukkan sebagai Sumber Bibit (Perbanyakan) dengan Cara Stek didukung Teknologi Bio FOB yang dapat ditanam di wilayah lainnya.

Penerapan budidaya tanaman Vanili secara organik dilakukan di tempat Kami dengan memanfaatkan Pupuk Organik yang dihasilkan dari Kotoran Domba dengan Teknologi Bio TRIBA sebagai Bio Komposer, Insya Allah tidak hanya saja akan menyuburkan tanah dan tanaman akan tetapi meminimalkan resiko berkembangbiaknya bibit jamur penyebab penyakit busuk batang. (sumber: Organic Indonesia Vanilla)

BIO-FOB DAN KISAH SUKSES DI FLORES


Yayasan Lentera Desa (Lensa) Mandiri tengah mengembangkan budidaya vanili di wilayah Flores dan Kabupaten Belu menggunakan teknologi baru, yakni bio-fob. Bio-fob merupakan teknologi bibit vanili yang bebas dan tahan penyakit busuk batang yang disebabkan jamur ganas.

Pembina dan Konsultan Ahli Lensa Mandiri, Ir. Alexander Sena, mengatakan hal ini ketika dihubungi Pos Kupang di kediamannya, Sabtu (22/7) lalu. Teknologi ini, jelas Alexander, lahir karena budidaya tanaman ini sering mengalami kendala yakni gangguan penyakit busuk batang (BBP) oleh jamur fusarium oxysporum f.sp.vanillae (Fov). Jamur ini menyerang seluruh bagian tanaman dari pembibitan sampai produksi.

Untuk memperoleh bibit yang bebas dan imun terhadap patogen, kata Alexander, dapat diinduksi dengan mikroorganisme tertentu berupa fusarium oxysporum non patogenik (Fo.NP). Mikroorganisme kata Alexander, dapat menginduksi ketahanan tanaman dan menghasilkan bibit (bio- fob) yang diinduksi dengan Fo.NP. Hasilnya kata dia, menunjukkan bahwa efektivitas Fo.NP ini menghasilkan bibit yang bebas penyakit BBP.

Dari hasil uji coba tanaman selama dua tahun terakhir, demikian Alexander, menunjukkan hasil yang menggembirakan. Melihat hasil ini, masyarakat beberapa kabupaten di Flores terutama Ngada, Ende, Manggarai dan Manggarai Barat mulai tertarik untuk mengembangkan lagi tanaman ini. "Masyarakat mulai tertarik dengan kebun contoh yang kita kembangkan di Stasiun Bibit Mangulewa," katanya.

Menurut dia, dalam pengendalian terpadu penyakit BBP di samping menggunakan bibit vanili bio-fop, juga telah tersedia komponen teknologi lain, yaitu bio-fungisida bio-triba yang mengandung bacillus dan trichoderma yang merupakan musuh alamiah penyakit BBP.

Sedangkan fungisida nabati, jelas Alexander, mengandung eugenol yang diisolasi dari tanaman cengkeh toksik terhadap beberapa patogen, termasuk penyakit BBP. Dengan menggunakan tiga komponen tersebut serangan penyakit BBP dapat dihindari dari kebun vanili. Dengan demikian kata dia, para petani tidak tergantung terhadap pestisida sintetis. "Penggunaan teknologi ramah lingkungan ini dapat meningkatkan mutu karena menghasilkan produk vanili organik yang bebas dari residu pertisida," katanya.

Secara teknis, lanjutnya, budidaya vanili bio-fob ini diawali dengan pengolahan tanah, menanam pohon panjat seperti lamtoro, gamal dan dadap. Diikuti penanam, teknik aplikasi, pemiliharaan dan seterusnya.

Di Mangulewa yayasan ini menyediakan bibit selama tiga bulan. Sampai saat ini sudah sekitar 70 ribu anakan yang telah dijual kepada masyarakat di empat kabupaten itu. "Minat masyarakat di sana sangat tinggi. Tinggal kita sosialisasikan terus budidaya menggunakan bio-fob ini," katanya.

Selain pengembangan vanili bio-fob, yayasan ini juga mengembangkan penerapan teknologi konservasi tanah dan air melalui olah lubang, olah jalur, terasering, tanaman pelindung, irigasi dan drainase. Juga pembuatan pupuk organik (bokashi) dan cair serta pengendalian hama terpadu. "Ada juga sistim pembibitan (persemaian) okulasi, cangkok serta budidaya tanaman pertanian dan hortikultura," kata Alexander. Ia menambahkan, yayasan juga menyediakan kebun untuk pusat pembinaan dan pelatihan petani swadaya (P4S) dan agrowisata pertanian lahan kering di Sumlili, Kupang Barat (pol)

(Sumber:www.indomedia.com)