KEAJAIBAN ORGANOTRIBA

Dasyat memang hasil dari organo triba pada tanaman, khususnya untuk jagung. Penggunaan organo triba nyata-nyata meningkatkan bobot, diameter dan panjang tongkol jagung. Sehingga tidak ada alasan untuk belum menggunakan organo-triba.

HEBATNYA BIO-FOB


Gambar di atas bukan hasil modifikasi foto atau hasil jepretan kamera panili di luar negeri. Melainkan panili milik petani yang ada di Bali. Ia mendapatkan berkah, tanamannya berbuah lebat, setelah menggunakan bibit vanili Bio-fob.

BIBIT SEHAT ALA BIO-FOB

Apakah Anda ingin mendapatkan bibit yang segar dan jagur seperti gambar di bawah?


Gunakanlah Bio-fob. Gambar di atas hasil aplikasi bio-fob terhadap tanaman perkebunan dan hortikulture.

APLIKASI BIO-TRIBA PADA TANAMAN BUNGA-BUNGAAN

Aplikasi biotriba pada tanaman hortikultur membuat tanaman tumbuh subur,sehat dan produksi bunga lebih banyak.

VANILI BioFOB DI KAB.DAIRI SUMATRA UTARA

Kabupaten Dairi merupakan salah satu pusat tanaman vanili di Sumatra Utara. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini tanaman vanili petani terserang penyakit BBV mengakibatkan hancurnya pertanaman vanili di Kabupaten itu, sehingga semangat petani untuk menanam vanili merosot tajam.

Melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Dairi mengundang Dr.Mesak Tombe (pakar teknologi BioFOB) dalam pelatihan pemanfaatan teknologi BioFOB untuk penanggulangan penyakitBBV kepada kurang lebih 100 orang petani vanili.

Teknologi BioFOB dapat digunakan untuk pengendalian penyakit BBV dengan menggunakan secara penuh komponen teknologi BioFOB yaitu : (1) Bibit BioFOB, (2) BioTRIBA (3) OrganikTRIBA (4) Mitol 20 EC. Dengan menggunakan teknik BioFOB diharapkan bahwa pervanilian Di Kabupaten Dairi dapat pulih kembali serta menghasilkan vanili organik.

PETANI BELAJAR TEKNIK BIOFOB.

Beberapa petani andalan dari Sanggata yang didampingi oleh Staf Dinas Perkebunan kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur telah belajar mengenai Tehnik penggunaan paket BioFOB selama 4 hari yaitu dari tanggal 27 – 30 Oktober 2008, pada tanaman perkebunan dan pertanian secara khusus adalah taman vanili.

Pelatihan ini diadakan oleh BALITTRO bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Kutai Timur dan Meori Agro. Dalam pelatihan petani dibekali mengenai teknik memproduksi bibit sehat dan toleran terhadap penyakit secara praktis dan mudah dilaksanakan dengan menggunakan formula BioFOB. Disamping itu mereka juga belajar menggunakan potensi alam yang ada disekitar mereka untuk memproduksi pupuk organik yang bermutu dengan menggunakan teknik BioTRIA dan dapat mengurangi biaya usaha tani.

Diharapkan bahwa petani andalan ini akan menjadi stimulator dalam meningkatkan pemahaman petani terhadap pemanfaatan teknologi tepat guna secara hkusus di Kutai Timur

ORGANOTRIBA MENINGKATKAN JUMLAH TUNAS PADA BIBIT


Organo-triba merupakan kompos yang sudah diperkaya dengan berbagai mikroorganisme. Manfaatnya tidak hanya dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman (baca artikel sebelumnya, namun juga dapat meningkatkan jumlah tunas pada pembibitan.

Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Pusat Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman (12/05 s/d 4/06) yang coba membandingkan dampak penggunaan beberapa jenis campuran media tanam terhadap kualitas bibit jarak pagar. Dimana media tanam yang diuji terdiri atas 4 jenis, yakni tanah-sekam dengan pupuk kandang, tanah-sekam dengan serbuk gergaji, tanah-sekam dengan organo-triba dan tanah-sekam dengan cocoperat. Digunakan seratus bibit untuk setiap aplikasi media tanam.

Hasilnya, bibit dengan organo-triba memiliki tunas lebih banyak dibandingkan yang menggunakan media pupuk kandang maupun serbuk gergaji. Hal ini menunjukkan organo-triba lebih efektif meningkatkan pertambahan tunas dibandingkan dengan pupuk kandang maupun serbuk gergaji .

Tentunya hasil ini cukup menarik, khususnya pada budidaya tanaman yang mementingkan pertambahan daun maupun pertumbuhan pada bibitnya. Misalnya pada penangkaran anakan tanaman hias, dimana semakin banyak daun dari bibit yang dijual maka semakin mahal harga jualnya. Artinya organo-triba dapat digunakan memacu munculnya tunas-tunas baru pada bibit tanaman.

Oleh sebab itu tidak ada salahnya mencoba memanfaatkan organo-triba untuk menggantikan kompos biasa atau pupuk kandang yang sering digunakan dalam pembibitan. Karena selain menyuburkan tanam dan berdampak positif bagi tanaman dewasa juga bermanfaat dalam pembibit.

BELUM PERNAH MENGGUNAKAN BIO FOB ATAU BIO-TRIBA ?



Teknologi bio-fob atau bio-triba merupakan teknologi tepat guna. Merupakan salah teknologi asli Indonesia yang sudah mendapat pengakuan bahkan penghargaan secara internasional.Teknologi ini juga direferensi berbagai situs-situs pertanian, misalnya Departemen Pertanian , Domba Garut (alamat situs dapat cek pada link di blog ini).

Manfaat dan efektivitasnya dirasakan cukup nyata oleh petani (baca: penjelasan tentang Bio-fob dan Bio-triba di blog ini). Sehingga tidak heran jika penggunaan bio-fob dan Bio-triba tersebar luas.

Teknologi ini juga telah menjadi komponen penting dari berbagai aplikasi praktis. Seperti pemrosesan urine domba menjadi pupuk cair organik yang menggunakan bio-triba. Atau budidaya vanila organik yang menggunakan bio-fob.

Teknologi ini sudah dikembangkan dan digunakan di 14 propinsi di Indonesia dengan melibatkan 12 perusahaan swasta lokal sebagai pewaralaba teknolgi. Dan teknologi ini juga telah tersebar hingga ke Malaysia, bahkan cukup diminati. Beberapa perusahaan swasta di negeri jiran telah menjadi distributor dari produk ini.

Sehingga boleh dikatakan bahwa teknologi ini cukup populer dan manfaatnya sudah dirasakan oleh petani. Jadi, apakah Anda termasuk dari mereka yang belum mengenal dan menggunakan Bio-fob dan Bio-triba?

TRAINING TEKNOLOGI BIO-FOB DAN NARASUMBER

Kami memberikan kesempatan bagi rekan-rekan yang ingin mempelajari seluk-beluk teknologi bio-fob. Pelaksanaan training kami buka setiap saat (pada hari kerja), dalam jangka waktu 2 hari.

Demikian juga bagi rekan-rekan yang membutuhkan narasumber untuk seminar atau pelatihan terkait dengan teknologi bio-fob, aplikasi mikroba, pupuk organik. Kami siap berbagi pengetahuan terkait dengan topik tersebut.

Bagi yang berminat silahkan menghubungi kami melalui email meori_agro@yahoo.co.id atau telp ke no +6281314983953.

PENGEMBANGAN METABOLIT SEKUNDER ASAL TANAMAN DAN STRATEGI PENGGUNAAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI

Dalam kaitan dengan pengendalian OPT, aspek yang perlu disimak secara seksama adlah peran ”senyawa penghubung” ini (infochemicals) dalam mengatur pertumbuhan populasi dan musuh alami. Konsep ini kemudian juga berkembang menjadi konsep three-trophic-level yang percaya bahwa tumbuhan juga mengatur populasi musuh alami.

Semiokimia dapat dimanfaatkan untuk pengendalian serangga hama dalam lingkungan PHT. Dari tumbuhan, hewan dan mikrob, semiokimia dikelompokkan lagi menjadi feromon dan alelokimia. Alelokimia dikelompokkan lagi menjadi alomon, kairomon, dan sinomon, antibiotika dan mikroba.

Dampak alelokimia pada ekodinamika tumbuhan dengan serangga
Alomon : menolak makan
menolak menelan
menghambat reproduksi
menghambat ganti kulit
menghambat enzim proteae
menghambat enzim respirasi
Kairomon : menari musuh alami
Sinomon : saling menarik
Feromon : mengacaukan perkawinan


Pencarian senyawa kimia baru dari tumbuhan, mikroba dan hewan akan terus dilakukan sejalan dengan teknologi analisis kimia yang semakin canggih. Eludisasi struktur kimia dari senyawa-senyawa kimia produk alami terus berkembang. Studi biokomia untuk mencari target dari senyawa kimia juga. Eludisasi struktur kimia dan penemuan target kerja senyawa alomon akan terus merangsang sintesis senyawa insektisida baru.

Telaah dan pencarian senyawa bersifat kairomon terus ditingkatkan, termasuk dampaknya pada perilaku mencari inang dari musuh alami. Senyawa alomon yang terus ditelaah untuk dikembangkan menjadi insektisida adalah senyawa yang bersifat menolak makan, menolak oviposisi, menghambat enzim, menghambat kerja neurotransmiter, mengganggu pertumbuhan (kairomon) dan mengganggu proses pencernaan. Feromon baru akan terus dicari dan disintesis. Penelitian dan pencarian genpengatur produksi alomon akan terus dilakukan untuk pengembangan tanaman transgenik tahan serangga.

Teknologi
Adanya potensi dari senyawa metabolik sekunder sebagai insektisida telah mendorong pengembangannya ke segala arah. Bidang inipun tidak liput dari pengembangan secara bioteknologi. Salah satu pendekatan adalah identifikasi gen pengendali produksi senyawa bioaktif ini dan berusaha untuk menyisipkan pada tanaman ekonomi.
Keberhasilan tanaman jagung dan kapas yang telah disisipi gen dari B.t. (Bacillus thuringiensis) telah memacu pemikiran kearah tanaman transgenik yang mampu menghasilkan senyawa pertahanan terhadap serangga.

Senyawa lain diminati adalah penghambat enzim proteinase paada serangga, khitin dan senyawa yang dapat menginduksi produksi senyawa metabolit sekunder. Trikhoma yang dapat menyebaerkan ketahanan pada tumbuhan telah pula mendapat perhatian dalam kaitan dengan tanaman transgenik.

Produksi senyawa metabolit sekunder untuk insektisida telah diusahakan lewat kultur jaringan seperti nimba, piretrum dan akar tuba. Perhatian telah diutamakan pada senyawa hormon serangga, penghambattransmisi syaraf dan kairomon.

Penemuan dari kegiatan elusidasi kimia senyawabioaktif merupakan modal utama untuk sintesis insektisida dalam skala industri dan saat ini hasilnya telah memasuki pasar.

Suatu teknologi juga telah dikembangkan berupa sistem polikultur dengan komponen tanaman yang memiliki senyawa volatil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa volatil dapat menurunkan reproduksi serangga. Sintesis feromon terus berkembang atas dasar penemuan feromon baru ataupun cara sedikit memodifikasi senyawa yang mirip feromon.

PENGEMBANGAN METABOLIT SEKUNDER ASAL TANAMAN DAN STRATEGI PENGGUNAAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI

Dalam kaitan dengan pengendalian OPT, aspek yang perlu disimak secara seksama adlah peran ”senyawa penghubung” ini (infochemicals) dalam mengatur pertumbuhan populasi dan musuh alami. Konsep ini kemudian juga berkembang menjadi konsep three-trophic-level yang percaya bahwa tumbuhan juga mengatur populasi musuh alami.
Semiokimia dapat dimanfaatkan untuk pengendalian serangga hama dalam lingkungan PHT. Dari tumbuhan, hewan dan mikrob, semiokimia dikelompokkan lagi menjadi feromon dan alelokimia. Alelokimia dikelompokkan lagi menjadi alomon, kairomon, dan sinomon, antibiotika dan mikroba.

Dampak alelokimia pada ekodinamika tumbuhan dengan serangga
Alomon : menolak makan
menolak menelan
menghambat reproduksi
menghambat ganti kulit
menghambat enzim proteae
menghambat enzim respirasi
Kairomon : menari musuh alami
Sinomon : saling menarik
Feromon : mengacaukan perkawinan


Pencarian senyawa kimia baru dari tumbuhan, mikroba dan hewan akan terus dilakukan sejalan dengan teknologi analisis kimia yang semakin canggih. Eludisasi struktur kimia dari senyawa-senyawa kimia produk alami terus berkembang. Studi biokomia untuk mencari target dari senyawa kimia juga. Eludisasi struktur kimia dan penemuan target kerja senyawa alomon akan terus merangsang sintesis senyawa insektisida baru.
Telaah dan pencarian senyawa bersifat kairomon terus ditingkatkan, termasuk dampaknya pada perilaku mencari inang dari musuh alami. Senyawa alomon yang terus ditelaah untuk dikembangkan menjadi insektisida adalah senyawa yang bersifat menolak makan, menolak oviposisi, menghambat enzim, menghambat kerja neurotransmiter, mengganggu pertumbuhan (kairomon) dan mengganggu proses pencernaan. Feromon baru akan terus dicari dan disintesis. Penelitian dan pencarian genpengatur produksi alomon akan terus dilakukan untuk pengembangan tanaman transgenik tahan serangga.

Teknologi
Adanya potensi dari senyawa metabolik sekunder sebagai insektisida telah mendorong pengembangannya ke segala arah. Bidang inipun tidak liput dari pengembangan secara bioteknologi. Salah satu pendekatan adalah identifikasi gen pengendali produksi senyawa bioaktif ini dan berusaha untuk menyisipkan pada tanaman ekonomi.
Keberhasilan tanaman jagung dan kapas yang telah disisipi gen dari B.t. (Bacillus thuringiensis) telah memacu pemikiran kearah tanaman transgenik yang mampu menghasilkan senyawa pertahanan terhadap serangga.
Senyawa lain diminati adalah penghambat enzim proteinase paada serangga, khitin dan senyawa yang dapat menginduksi produksi senyawa metabolit sekunder. Trikhoma yang dapat menyebaerkan ketahanan pada tumbuhan telah pula mendapat perhatian dalam kaitan dengan tanaman transgenik.
Produksi senyawa metabolit sekunder untuk insektisida telah diusahakan lewat kultur jaringan seperti nimba, piretrum dan akar tuba. Perhatian telah diutamakan pada senyawa hormon serangga, penghambattransmisi syaraf dan kairomon.
Penemuan dari kegiatan elusidasi kimia senyawabioaktif merupakan modal utama untuk sintesis insektisida dalam skala industri dan saat ini hasilnya telah memasuki pasar.
Suatu teknologi juga telah dikembangkan berupa sistem polikultur dengan komponen tanaman yang memiliki senyawa volatil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa volatil dapat menurunkan reproduksi serangga. Sintesis feromon terus berkembang atas dasar penemuan feromon baru ataupun cara sedikit memodifikasi senyawa yang mirip feromon.