BIO-FOB DAN KISAH SUKSES DI FLORES


Yayasan Lentera Desa (Lensa) Mandiri tengah mengembangkan budidaya vanili di wilayah Flores dan Kabupaten Belu menggunakan teknologi baru, yakni bio-fob. Bio-fob merupakan teknologi bibit vanili yang bebas dan tahan penyakit busuk batang yang disebabkan jamur ganas.

Pembina dan Konsultan Ahli Lensa Mandiri, Ir. Alexander Sena, mengatakan hal ini ketika dihubungi Pos Kupang di kediamannya, Sabtu (22/7) lalu. Teknologi ini, jelas Alexander, lahir karena budidaya tanaman ini sering mengalami kendala yakni gangguan penyakit busuk batang (BBP) oleh jamur fusarium oxysporum f.sp.vanillae (Fov). Jamur ini menyerang seluruh bagian tanaman dari pembibitan sampai produksi.

Untuk memperoleh bibit yang bebas dan imun terhadap patogen, kata Alexander, dapat diinduksi dengan mikroorganisme tertentu berupa fusarium oxysporum non patogenik (Fo.NP). Mikroorganisme kata Alexander, dapat menginduksi ketahanan tanaman dan menghasilkan bibit (bio- fob) yang diinduksi dengan Fo.NP. Hasilnya kata dia, menunjukkan bahwa efektivitas Fo.NP ini menghasilkan bibit yang bebas penyakit BBP.

Dari hasil uji coba tanaman selama dua tahun terakhir, demikian Alexander, menunjukkan hasil yang menggembirakan. Melihat hasil ini, masyarakat beberapa kabupaten di Flores terutama Ngada, Ende, Manggarai dan Manggarai Barat mulai tertarik untuk mengembangkan lagi tanaman ini. "Masyarakat mulai tertarik dengan kebun contoh yang kita kembangkan di Stasiun Bibit Mangulewa," katanya.

Menurut dia, dalam pengendalian terpadu penyakit BBP di samping menggunakan bibit vanili bio-fop, juga telah tersedia komponen teknologi lain, yaitu bio-fungisida bio-triba yang mengandung bacillus dan trichoderma yang merupakan musuh alamiah penyakit BBP.

Sedangkan fungisida nabati, jelas Alexander, mengandung eugenol yang diisolasi dari tanaman cengkeh toksik terhadap beberapa patogen, termasuk penyakit BBP. Dengan menggunakan tiga komponen tersebut serangan penyakit BBP dapat dihindari dari kebun vanili. Dengan demikian kata dia, para petani tidak tergantung terhadap pestisida sintetis. "Penggunaan teknologi ramah lingkungan ini dapat meningkatkan mutu karena menghasilkan produk vanili organik yang bebas dari residu pertisida," katanya.

Secara teknis, lanjutnya, budidaya vanili bio-fob ini diawali dengan pengolahan tanah, menanam pohon panjat seperti lamtoro, gamal dan dadap. Diikuti penanam, teknik aplikasi, pemiliharaan dan seterusnya.

Di Mangulewa yayasan ini menyediakan bibit selama tiga bulan. Sampai saat ini sudah sekitar 70 ribu anakan yang telah dijual kepada masyarakat di empat kabupaten itu. "Minat masyarakat di sana sangat tinggi. Tinggal kita sosialisasikan terus budidaya menggunakan bio-fob ini," katanya.

Selain pengembangan vanili bio-fob, yayasan ini juga mengembangkan penerapan teknologi konservasi tanah dan air melalui olah lubang, olah jalur, terasering, tanaman pelindung, irigasi dan drainase. Juga pembuatan pupuk organik (bokashi) dan cair serta pengendalian hama terpadu. "Ada juga sistim pembibitan (persemaian) okulasi, cangkok serta budidaya tanaman pertanian dan hortikultura," kata Alexander. Ia menambahkan, yayasan juga menyediakan kebun untuk pusat pembinaan dan pelatihan petani swadaya (P4S) dan agrowisata pertanian lahan kering di Sumlili, Kupang Barat (pol)

(Sumber:www.indomedia.com)