BERTANI ALAMI UNTUK TANAMAN PADI

Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5 juta ton atau 65,9 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2025.

Sejak tahun 80-an, teknologi revolusi hijau telah memberikan hasil yang positif dalam peningkatan produksi tanaman padi. Namun demikian, beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi tersebut memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesuburan tanah.

Hal ini ditandai dengan penggunaan pupuk kimia yang sudah mencapai tahap leveling off, dimana penambahan pupuk dengan dosis lebih tinggi tidak lagi mampu meningkatkan produktifitas secara nyata. Dampak lain dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia adalah ledakan hama dan penyakit tanaman yang sangat luar biasa sehingga biaya produksi menjadi sangat tinggi.

Dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara intensif terlihat jelas pada degradasi bahan organik tanah. Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa pada sentra produksi padi kandungan bahan organik lahan-lahan sawah sudah berada diambang batas minimum dimana kandungan kurang dari 2%.

Hal ini mengakibatkan tingkat efektifitas pemupukan menjadi sangat rendah sehingga dosis rekomendasi pemupukan dari tahun ke tahun semakin tinggi. Sebagai contoh, penggunaan urea saat ini sudah mencapai 400 – 600 Kg/ha sedangkan hasil yang diperoleh tidak lebih dari 6 ton gabah kering panen per hektar.

Upaya meregenerasi dan merevitalisasi tanah sangat perlu dilakukan dengan mengembalikan sumber energi dalam tanah. Salah satu teknologi saat ini yang banyak dikembangkan adalah teknologi HES (High Energy Soil) berbasis SRI (System of Rice Intensification).

Teknologi ini menitikberatkan pada upaya pengembalian energi tanah melaluli penambahan bahan organik untuk meningkatkan keanekaragaman hayati sehingga tercipta aliran energi yang cukup untuk proses biokimia dalam tanah. Teknologi BioFOB merupakan salah satu pendekatan dalam meningkatkan keaneka ragaman hayati dengan penambahan bahan organik dan mikroorganisme bermutu yang terseleksi

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)
Pengembangan teknologi BioFOB-HES dalam budidaya padi sawah menitikberatkan pada empat komponen utama yaitu penambahan bahan organik, aplikasi pupuk hayati, pengendalian hayati/nabati dan pengelolaan air. Dengan menggunakan teknologi ini maka akan mengefisienkan penggunaan pupuk an organik.

a.Penambahan Bahan Organik
Bahan organic mempunyai peranan sangat penting dalam pemupukan. Tanah yang mengandung bahan organic yang cukup akan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menahan air dan hara sehingga tidak mudah hilang melalui pencucian dan penguapan.
Pada kandungan bahan organic kurang dari 2.5 %, proses pencucian hara sangat sulit dikendalikan. sedangkan pada kandungan bahan organic kurang dari 2% kandungan unsur mikro sangat rendah sehingga menggangu pembentukan enzim dalam tanah yang sangat dibutuhkan dalam proses bio kimia. Penurunan bahan organic dari 3 % menjadi 2 % akan menurunkan kemampuan tanah dalam menyimpan unsure nitrogen sebanyak 900 kg/ha.

Penambahan bahan organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan kompos jerami atau bahan organik lainnya. Pengomposan dilakukan dengan menggunakan inokulan berfungsi ganda seperti BioTRIBA yang mengandung inokulan T. lactae dan B. pantotkenticus. Mikroba ini dipilih karena sebagai dekomposer mampu menghasilkan kompos dengan mutu sangat baik dan dapat berfungsi sebagai agensia hayati, biofertilizer dan bioabsorb untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman. Pemberian OrganoTRIBA atau kompos yang telah dirpses dengan BioTRIBA dilakukan sebanyak 150 – 300 Kg/ha.

b.Penambahan Pupuk Hayati
Penambahan pupuk hayati dimaksudkan untuk meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme yang menguntungkan khusus mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon. Penambahan mikroba penambat nitrogen sangat diperlukan untuk meningkatkan efektifitas pemupukan N. Sebagaimana kita ketahui, untuk menghasilkan gabah 8 – 10 ton/ha diperlukan nitrogen yang cukup besar mencapai 200 – 300 kg N/ha.

Pupuk hayati yang mengandung inokulan penambat N sangat diperlukan untuk mensuplai 50 – 75 % kebutuhan N sehingga aplikasi pupuk kimia tidak terlalu tinggi.
Salah satu pupuk hayati yang dapat digunakan adalah pupuk BIO PRIMA yang mengandung inokulan lengkap penambat nitrogen dan pelarut fosfat, pemantap agregat dan penghasil fitohormon.

c.Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit sedapat mungkin terhindar dari penggunaan bahan-bahan kimia. Penggunaan pestisida hayati dan pestisida nabati sangat diperlukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pengendalian penyakit secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan agensia hayati sedangkan pengendalian nabati dapat dilakukan pestisida nabati seperti Mitol 20 EC yang mengandung ekstrak cengkeh. Pengendalian hama secara hayati dapat digunakan inokulan Beauveria sp. seperti Mikoria dan produk sejenis.

d.Pengeloaan Air
Pengelolaan air sangat menentukan keberhasilan teknologi HES. Pengelolaan air sedapat mungkin menciptakan kondisi aerobik di dalam tanah untuk merangsang pertumbuhan mikroorganisme dan system perakaran yang banyak. Salah satu system pengairan yang perlu dalam teknologi HES adalah System of Rice Intensification (SRI) yang telah diteliti dan dikembangkan badan riset Departemen PU.

Metode Pelaksanaan Teknologi BioFOB-HES
a.Persemaian benih
Sebelum benih disemaikan terlebih dahulu dilakukan seleksi benih dengan cara merendam benih dalam air. Benih yang mengambang lalu di buang. Benih yang baik kemudian diperam selama 24 jam. Setelah diperam benih diberi perlakuan dengan cara merendam benih dalam larutan yang mengandung Bio Triba 10 cc/liter air atau larutan yang mengandung BioFoB 20 cc/liter air selama 20 menit. Benih yang telah diperlakukan lalu disemaikan pada bedengan yang telah dipersiapkan.

Bedengan dibuat dengan lebar 2 meter, tinggi 10 cm dan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Sebelum disemai bedengan lebih dahulu ditaburi kompos OrganoTRIBA sebanyak 200 g/m2 bedengan. Pada umur 7 hari setelah semai benih dipupuk dengan menggunakan pupuk BIO PRIMA sebanyak 20 gram/m2.

b.Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan seperti biasa. Setelah lahan diratakan dibuat saluran air disekeliling petakan dan dalam petakan dengan jarak 3 meter antar saluran. Dalam saluran air yang ideal diperkirakan 15 cm dengan lebar 20 cm.

Apabila pada lahan terdapat banyak jerami perlu dikukan pengomposan dilapangan dengan menyemprotkan dekomposer yang dapat mempercepat pelapukan jerami. Pengomposan jerami dilakukan 7 hari sebelum dilakukan perataan lahan.

c.Pemupukan dasar
Pemupukan dasar dilakukan sebelum tanam dengan menggunakan kompos (Organo TRIBA) atau pupuk organik yang telah diolah dengan BioTRIBAsebanyak 150 – 300 kg/ha + 25 Kg pupuk HI

d.Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit telah berumur 14 – 16 hari. Bibit ditanam sebanyak 1 – 2 tanaman per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm atau dengan menggunakan jarak tanam legowo 2 dengan jarak antar barisan 25 cm, dalam barisan 12.5 cm dan jarak legowo 50 cm.

e.Pemeliharaan Tanaman
1. Pada umur 10 hari tanaman disemprot dengan pupuk organik cair 1 cc/liter yang dicampur dengan Mikoria (inokulan Beauveria sp.).

2. Pada umur 14 hari dilakukan penyiangan gulma secara manual dengan menggunakan alat penyiang.

3. Pada umur 15 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan pupuk OrganoTRIBA 50 kg/ha + Urea 50 Kg/ha + Smart-SP 50 Kg/ha + KCl 25 Kg/ha

4. Pada umur 21 hari tanaman disemprot dengan inokulan Beauveria sp. (Mikoria) dan pupuk cair organik 1.5 cc/liter

5. Pada umur 30 hari dilakukan penyiangan kedua dengan cara manual atau menggunakan alat penyiang.

6. Pada umur 31 hari dilakukan pemupukan susulan dengan menggunakan urea sebanyak 50 kg/ha

7. Pada umur 45 hari dilakukan penyemprotan Mikoria 100g/ 15 liter air + pupuk cair organik 2.5 cc/liter.

8. Pada umur 60 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Mikoria 100g/15 l (1 tangki)

9. Pada umur 70 hari dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Mitol 20EC sebanyak 3 – 5 cc/liter.